watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

RINA DAN CALON AYAH MERTUA

Rina mematut diri di depan cermin. Ini adalah hari
yang paling di nantikannya, hari pernikahannya.
Ada banyak alasan kenapa akhirnya dia bersedia
menikah dengan Hans. Dan seks adalah salah
satunya, meskipun Hans hanya mempunyai
sebuah penis yang kecil saja. Namun seks
dengan lelaki lain menjadi jauh lebih
menyenangkan meskipun sejak Hans telah
menyematkan sebuah cincin berlian di jarinya.
Dia merasa bersalah dan membutuhkannya
dalam waktu yang bersamaan, setiap kali dia
merasakan cincin tersebut di jarinya saat lelaki lain
sedang meyetubuhi vaginanya yang
dijanjikannya hanya untuk Hans.
Dia ingat saat malam dimana Hans melamarnya.
Dia tersenyum, mengangguk dan berkata “ya”,
menciumnya dan menikmati bagaimana
nyamannya rasa memakai cincin berlian yang
sangat mahal tersebut. Dan setelah makan malam
bersama Hans itu, dia langsung menghubungi
Alan, begitu mobil Hans hilang dari pandangan,
mengundangnya datang ke rumah kontrakannya.
Rina menunggu Alan dengan tanpa mengenakan
selembar pakaianpun untuk menutupi tubuhnya
yang berbaring menunggu di atas tempat
tidurnya, cincin berlian yang baru saja diberikan
oleh Hans adalah satu-satunya benda yang
melekat di tubuh telanjangnya. Ada desiran aneh
terasa saat matanya menangkap kilauan cincin
berlian itu waktu tangannya menggenggam penis
gemuk Alan. Tubuhnya tergetar oleh gairah liar
saat tangannya mencakup kedua payudaranya
dengan sperma Alan yang melumuri cincin itu.
Dan oergasme yang diraihnya malam itu, yang
tentu saja bersama lelaki lain selain tunangannya,
sangat hebat - tangan yang tak dilingkari cincin
menggosok kelentitnya dengan cepat sedangkan
dia menjilati sperma Alan yang berada di cincin
berliannya. Dia menjadi ketagihan dengan hal ini
dan berencana akan melakukannya lagi nanti pada
waktu upacara perkawinannya nanti.
Saat ini, dia memandangi pantulan dirinya di
dalam cermin mengenakan gaun pengantinnya.
Dia terlihat menawan, dan dia sadar akan hal itu.
Rina tersenyum. Dia membayangkan nanti pada
upacara pernikahannya, teman-teman Hans akan
banyak yang hadir dan akan banyak lelaki lain
yang akan dipilihnya salah satunya untuk
memenuhu fantasi liarnya. Vaginanya berdenyut,
dan dia membayangkan apa yang akan
dilakukannya untuk membuat hari ini lebih
komplit dan sempurna, saat lonceng berbunyi
nanti.
Saat dia membuka pintu, ayah Hans, Darma,
sedang berdiri di sana, bersiap untuk
menjemputnya dan mengantarnya ke gereja.
Rina menarik nafas dalam-dalam. Dia tahu lelaki di
hadapannya ini sangat merangsangnya -
beberapa bulan belakangan ini dia telah berusaha
untuk menggodanya, dan dia pernah mendengar
lelaki ini melakukan masturbasi di kamar mandi
saat dia datang berkunjung ke rumah Hans,
menyebut namanya. Rina belum pasti apakah
mudah nantinya untuk menggoda Darma agar
akhirnya mau bersetubuh dengannya, tapi
sekarang dia akan mencari tahu tentang hal
tersebut. Dia tersenyum lebar saat menangkap
mata Darma yang manatap tubuhnya yang
dibalut gaun pengantin ketat untuk beberapa saat.
“Ayah” tegurnya, dan memberinya sebuah
ciuman kecil di pipinya. Parfumnya yang
menggoda menyelimuti penciuman Darma.
“Ayah datang terlalu cepat, aku belum siap. Tapi
ayah dapat membantuku.” Digenggamnya
tangan Darma dan menariknya masuk ke dalam
rumah kontrakannya, tempat yang akan segera
ditinggalkannya nanti setelah menikah dengan
Hans.
Darma mengikutinya dengan dada yang berbar
kencang. Ini adalah saat yang diimpikannya. Dia
heran bagaimana anaknya yang pemalu dan bisa
dikatakan kurang pergaulan itu dapat menikahi
seorang wanita cantik dan menggoda seperti ini,
tapi dia senang karena nantinya dia akan
mempunyai lebih banyak waktu lagi untuk
berdekatan dengan wanita ini. “Apa yang bisa ku
bantu?”
Rina berhenti di ruang tengahnya yang nyaman
lalu duduk di sebuah meja.
“Aku belum memasang kaitan stockingku… dan
sekarang, dengan pakaian ini… aku kesulitan
untuk memasangnya.”
Suaranya terdengar manis, tapi matanya berkilat
liar menggoda. Diangkatnya tepian gaun
pengantinnya, kakinya yang dibungkus dengan
stocking putih dan sepatu bertumit tinggi
langsung terpampang.
“Bisakah ayah membantuku memasangnya?”
Darma ragu-ragu untuk beberapa waktu.
Jantungnya berdetak semakin cepat. Apakah ini
sebuah “undangan” untuk sesuatu yang lain lagi,
ataukah hanya sebuah permintaan tolong yang
biasa saja? Dia mengangguk.
“Oh, tentu…” dia berlutut di hadapan calon istri
anaknya dan bergerak meraih kaitan stockingnya.
Jemarinya sedikit gemetar saat Rina dengan pelan
mengangkat kakinya . Darma berusaha untuk
memasangkan kaitan stocking itu.
Rina menggigit bibir bawahnya menggoda, dan
lebih menaikkan gaunnya, menampakkan paha
panjangnya yang dibalut stocking putih. Dia dapat
merasakan sebuah perasaan yang tak asing mulai
bergejolak dalam dadanya., sebuah tekanan
nikmat yang membuat nafasnya semakin sesak,
membuat nafasnya semakin memburu, dan
membuatnya semakin melebarkan kakinya. Dia
dapat merasakan cairannya mulai membasahi.
Kaitan itu akhirnya terpasang di sekitar lututnya.
Darma menghentikan gerakannya, tak yakin
apakah dia sudah memasangkan dengan benar.
“Ayah, seharusnya lebih ke atas lagi…” tangan
calon ayah mertuanya yang berada sedikit
dibawah vaginanya membuatnya menjadi
berdenyut dengan liar.
Keragu-raguan itu hanya bertahan untuk
beberapa saat saja. Tangan Darma menarik kaitan
itu semakin ke atas saat calon istri anaknya
meneruskan mengangkat gaun pengantinnya
semakin naik. Dia menelan ludah membasahi
tenggorokannya yang terasa kering saat akhirnya
kaitan itu terpasang pada tempatnya di bagian
paling atas stockingnya. Dia yakin dapat mencium
aroma dari vagina Rina sekarang, yang membuat
jantungnya seakan hendak melompat keluar dari
dadanya. Tangannya berhenti, kaitan stocking itu
melingari bagian atas paha Rina… dan dia
merasakan bagian gaun pengantin itu terjatuh
saat Rina melepaskan sebelah pegangannya untuk
meraih bagian belakang kepalanya dan
mengarahkan wajah ayah calon suaminya
mendekat ke vaginanya, dan Darma menemukan
tak ada celana dalam yang terpasang di sana.
Rina melenguh dan memejamkan matanya saat
harapannya terkabul. Darma tak memprotes atau
menolaknya, lidahnya menjilat tepat pada bibir
vaginanya, dan Rina semakin basah dengan
cairan gairahnya. Dengan sebelah tangan yang
masih menahan gaun pengantinnya ke atas, dan
yang satunya lagi menekan wajah calon
mertuanya ke vaginanya yang terbakar, dia mulai
menggoyangkannya perlahan. Ini serasa di
surga, dan menyadari apa yang diperbuatnya
tepat di hari pernikahannya membuat tubuhnya
semakin menggelinjang. Dia mengerang saat
lidah Darma memasuki lubangnya, dan lidah itu
mulai bergerak, menghisap bibir vaginanya,
menjilati kelentitnya, wajah Darma belepotan
dengan cairan kewanitaan calon istri anaknya di
ruang tengah rumah kontrakannya.
Semakin Rina menggelinjang, semakin keras pula
Darma menghisapnya.
“Oh ya ayah… jilat vaginaku… buat aku orgasme
sebelum aku mengucapkan janjiku pada
putramu… kumohon…” perasaan salah akan apa
yang mereka perbuat membuat Rina dengan
cepat meraih orgasmenya, dan hampir saja dia
rubuh menimpa Darma. Ini bukan seperti
orgasme yang biasa diraihnya, ini seperti
rangkaian ombak yang menggulung tubuhnya,
merenggut setiap sel kenikmatan dari dalam
tubuhnya.
Cairan Rina terasa nikmat pada lidah Darma, dia
menjilat dan menghisap vaginanya seperti
seorang lelaki yang kehausan. Penisnya terasa
sakit dalam celananya, cairan pre cum nya
membasahi bagian depan tuxedonya.
Rina kembali menggelinjang, lalu dengan pelan
bergerak mundur, membiarkan gaun
pengantinnya menutupi ayah Hans. Lalu dia
membuka resleting di bagian belakang gaunnya
dan membiarkannya jatuh menuruni tubuhnya.
Dia melangkah keluar dari tumpukan gaun
pengantinnya yang tergeletak di atas lantai, hanya
mengenakan sepatu bertumit tingginya, bra, dan
tentu saja stocking beserta kaitannya yang baru
saja dipasangkan Darma pada pahanya. Rina
tersenyum padanya, vaginanya berkilat dengan
cairannya.
“Aku akan ke kamar mandi untuk membetulkan
make-up, kalau ayah memerlukan sesuatu…” dia
berkata dengan mengedipkan matanya. Darma
menatapnya melenggang dan menghilang di balik
pintu, begitu feminim dan menggoda. Hanya
beberapa detik kemudian dia menyusulnya.
Saat dia memasuki kamar mandi dan berdiri di
depan sebuah cermin di atas washtafel, dan
sudah mengenakan sebuah celana dalam
berwana putih. Darma tahu kalau ini adalah salah
satu godaannya yang manis, dan dia telah siap
untuk bermain bersamanya.
Rina melihatnya masuk, dan dengan sebuah
gerakan yang cantik membuka lebar pahanya.
Darma melangkah ke belakangnya, mata mereka
saling terkunci dalam masing-masing
bayangannya dalam cermin. Tangan Darma
bergerak ke bagian depan tubuhnya,
menggenggam payudaranya yang masih ditutupi
bra. Rina tersenyum. “Tapi ayah, bukankah ini tak
layak dilakukan oleh seorang ayah calon
pengantin pria?”
Darma memandangi bagaimana bibir Rina yang
membuka saat bicara, mendengarkan hembusan
hangat nafasnya, seiring dengan tangannya yang
meremasi payudaranya dalam balutan bra. “Tak
se layak apa yang akan kulakukan padamu.”
Rina menggigit bibirnya dan mendorong
pantatnya menekan penisnya yang mengeras.
“Aku nggak sabar,” bisiknya.
Sejenak kemudian Rina merasakan tangan calon
ayah mertuanya berada di belakangnya saat dia
melepaskan sabuk dan membiarkan celananya
jatuh turun. Dengan mudah tangan Darma
menarik celana dalamnya ke samping. Rina
menarik nafas dalam-dalam saat dia merasakan
daging kepala penisnya menekan bibir vaginanya
yang masih basah.. Dia mengerang dan
memegangi tepian washtafel saat dengan
perlahan Darma mulai mendorongkan batang
penis itu memasukinya. Rina merasakan bibir
vaginanya menjadi terdorong ke dalam,
merasakan dinding bagian dalamnya melebar
untuk menerimanya.
“Apa ini terasa lebih baik dari penis putaku?”
Darma tersenyum puas. Dia tahu se berapa
ukuran penis putranya, dan dia yakin kalau
putranya mewarisinya dari garis ibunya. Vagina
calon istri putranya terasa sangat menakjubkan
pada batang penisnya, dengan cepat dia sadar
kalau dia layak untuk menyetubuhi calon
menantunya lebih sering dibandingkan putranya.
Dan dia mendapatkan firasat kalau dia bisa
melakukannya kapanpun mereka memiliki
kesempatan.
“Oh brengsek!!! Ya Ayah… ayo… beri aku yang
terbaik untuk merayakan pernikahanku dengan
putra kecilmu.” dia lebih membungkuk ke bawah,
dan merasakan tangan Darma pada pinggulnya.
Dia mencengkeramnya dengan erat dan mulai
memompanya keluar masuk. Mereka sadar akan
terlambat menghadiri upacara pernikahan, tapi
Darma memastikan vagina sang mempelai
wanita benar-benar berdenyut menghisap
sehabis persetubuhan keras yang lama. Rina
mengerang dan menjerit dan bergoyang pada
batang penis itu, mengimbangi gerakannya.
Mereka saling memandangi bayangan mereka
berdua di dalam cermin saat menyalurkan nafsu
terlarang mereka.
Rina merasa teramat sangat nakal, disetubuhi
dengan layak dan keras oleh ayah calon
suaminya tepat sebelum upacara pernikahannya.
Darma merasakan vaginanya mengencang pada
batang penisnya, dan kali ini, dia merasa seluruh
tubuh Rina mengejang sepanjang orgasmenya.
Wanita ini adalah pemandangan terindah yang
pernah disaksikannya, punggungnya
melengkung ke belakang ke arahnya seperti
sebuah busur panah yang direntangkan, matanya
melotot indah, mulutnya ternganga dalam
lenguhan bisu. Darma bahkan dapat merasakan
pancaran dari orgasmenya menjalari batang
penisnya saat dia tetap menyetubuhinya.
Dia telah membuatnya mendapatkan orgasme
seperti ini selama tiga kali, hingga dia nyaris
rubuh di atas washtafel, menerima hentakannya,
vaginanya hampir terasa kelelahan untuk
orgasme lagi. Tapi Darma tahu bagaimana
membawanya ke sana.
“Kamu mengharapkan spermaku, iya kan, Rina?
Kamu ingin agar aku mengisimu dan membuat
vaginamu terlumuri spermaku yang sudah
mengering saat berjalan di altar pernikahanmu,
benar kan wanita jalangku?”
“Oh ya… yaaa!” sang pengantin wanita mulai
kesulitan bernafas, dan Darma dapat
merasakannya menyempit. Darma melesakkan
batang penisnya sedalam yang dia mampu,
dengan setiap dorongan yang keras, dan segera
saja dia merasakan sensasi terbakar itu – dan
dia tahu dia tak mampu menahannya lebih lama
lagi. Tepat saat penisnya melesak jauh ke dalam
vagina calon istri putranya, menyemburkan
cairan sperma yang banyak ke dalam
kandungannya, dia merasakan tubuh Rina
menegang dan orgasme untuk sekali lagi.
Dicabutnya batang penisnya keluar, menyaksikan
lelehan sperma yang mengalir turun di pahanya
menuju ke kaitan stocking pernikahannya. Darma
tersenyum. “Aku akan menunggu di mobil,
Rina…”
Perlahan Rina bangkit, masih menggelenyar
karena sensasi itu, wajahnya memerah, lututnya
lemah, vaginanya berdenyut dan bocor. “Mmm,
baiklah ayah.”
Dia memutuskan untuk melakukan “tradisinya”
dan dan mengorek sperma ayah Hans dari
pahanya dengan jari tangan kirinya yang
dilingkari oleh cincin berlian pemberian Hans.
Saat Darma melihat mempelai wanita putranya
masuk ke dalam mobil, sudah rapi dan bersih,
terlihat segar serta berbinar wajahnya dan siap
untuk upacara pernikahan, sedangkan
bayangannya yang terpantul dari kaca mobil
adalah saat Rina memandang tepat di matanya
dan menjilat spermanya dari cincin berlian
pemberian putranya…


Adult | GO HOME | Exit
1/1117
U-ON

inc Powered by Xtgem.com